Iri Luka

Sorot matamu, bereaksi pada luka diriku
Lekuk bibirmu, berikan sensasi getar hatiku
Rona pipimu, menyilaukan pandanganku
Keceriaan itu, perlahan menusukku

Tertegun sejenak
Kepedihan memuncak
Sedihpun kian melinjak
Kuasa diripun berpindah pihak

Semua terjadi
Mimpi burukku ter-realisasi
Entah siapa orang itu
Berdamping disisimu..

Senja

Berdiri menatap awan
Mengamati keindahan seni pencipta
Menatap langit jingga di hari senja
Terlihat sangat menawan

Padu gelap dengan sinar mentari
yang mulai kembali ke peraduan
Berganti dengan malam sunyi
Sunyi, ah sudah menjadi rekan

Langit di sabtu senja
Melambangkan suasana hati resah
Harapan Sirna
Bak surya yang hilang karena lelah

Mawas

Bukan kata
Bukan cerita
Bukan puisi
Apalagi elegi

Senda gurau berakhir sendu
Dalam hati tercampur padu
Pribadi sederhana membawa kini
Pada kisah bermawas diri

Sinkronisasi raga dan hati

Terdengar ribuan kata terlontar
Dua pasang mata mengadu
Tajamnya telinga mengawasi keadaan
Sinkronisasi indra yang cukup baik

Pendaran cahaya waktu mulai menyilaukan
Merenggut keseimbangan tanpa peringatan
Kejamnya kuasa jarak menyita kebebasan
Membelenggu dari segala macam pergerakan 

Keberanianpun sudah tak berarti
Keperkasaan hanya bisa tertunduk malu
Tapi hati ksatria tak pernah lemah biar sehari
Kasih sayang tak pernah pudar oleh jarak dan waktu

Cerita

Berhembus angin malam
Menmbawa serta cerita senja
Tersingkap bau kecewa ada didalam
Terombang ambing rasa setia

Lewat bisikan jujur pada sang waktu
Dia dan sahabatnya,jarak menggangguku
Ingin meregang kesedihan ini
Apa mau dikata kenyataan tetap harus dijalani

Bau ambigu dari coretan hati
Mengotori sucinya doaku pada yang kuasa
Bau kerinduan dari liang hati
Tertumpah dalam sepotomg cerita